Minggu, 27 Februari 2011

ayam kampus

Hidup terkadang sulit! Mungkin inilah yang membuat banyak orang putus asa dan berpaling pada jalan yg salah ! "mumpung masih muda" ini adalah istilah yang sangat mudah di ucapkan para remaja untuk mendapatkan suasana yang nyaman walau salah !
Seperti seorang teman saya, dia adalah wanita yang cukup anggun. Wajahnya yang cantik, bodinya yang aduhai, kulitnya putih mulus dan rambutnya yang panjang tentunya sangat menarik perhatian kaum adam. Sayangnya kecantikan itu justru membuatnya terjerumus pada hal-hal yang justru membuatnya menjadi wanita yang malang! Para kaum hawa bergonta ganti dari pelukanya. Dia hanya bisa mengatakan "sudah nikmati aja, mumpung masih muda".
Gaya hubunganya pun terkadang sudah melampaui batas kewajaran. Ga siang, ga malam di otak dia hanya ada pikiran mesum. Ayahnya sendiri pernah memergoki seorang cowo yg di susuinya. Ayahnya pun berang. Namun hal itu tidak membuatnya mrasa sedikit malu apalagi untuk berubah!
Saat ini dia mencoba mendekatiku dan mengatakan kalau dia cinta padaku! Bagaimana mungkin? Kami saja berkenalan br 3 hari.
Aku mencoba untung mengintrogasinya agar aku bisa mendapatkan informasi mengapa dia menjadi wanita sekarang ini !

Minggu, 16 Januari 2011

PROPOSAL PENELITIAN



PENGARUH KREDIT DP MURAH TERHADAP
KUANTITAS PEMBELIAN MASYARAKAT
PADA SHOWROOM HONDA XL COM
Jalan Tuasan Pancing, Medan



I. PENDAHULUAN.

A. LATAR BELAKANG.

            Perkembangan ekonomi di Indonesia saat ini mengimplikasikan semakin bertambahnya tantangan dan persaingan antar pelaku usaha yang semakin tidak terduga. Kondisi seperti ini harus perlu diperhatikan oleh pemilik usaha demi berlangsungnya usaha dan untuk mendapatkan laba.
            XL COM adalah suatu perusahaan yang menawarkan berbagai jenis kendaraan sepeda motor HONDA tentunya dengan variasi harga tertentu sesuai dengan tipe atau model kendaraan. Showroom ini telah berdiri sejak tahun 2005 dan sudah menerapkan penjualan sepeda motor dengan cara kes maupun kredit.
            Pada tahun 2008 - 2010  shohroom XL COM mampu menjual kendaraan roda dua sesuai dengan perencanaan yang dilakukan di awal periode yaitu 30 - 40 unit/hari. Akan tetapi menjelang tahun 2011 penjualan mulai menurun, dimana penjualan hanya mencapai kisaran antara 20 – 28 unit/hari.
            Pada awal tahun 2011 showroom XL  COM mencoba dalam penjualan produknya dengan uang muka (DP) yang murah. Dimana tujuanya adalah menarik simpati masyarakat untuk membeli sepeda motor HONDA dari showroom ini.

B. IDENTIVIKASI MASALAH.

            Merujuk pada latar belakang di atas maka dapat di identifikasikan beberapa masalah yang berkaitan dengan latar belakang di atas :
apakah ada pengaruh uang muka (DP) murah terhadap kuantitas pembelian mayarakat?
C. BATASAN MASALAH .

            Karena keterbatasan dari segi waktu, kesempatan dan kemampuan peneliti, maka penelitian ini hanya membahas tentang pengaruh uang muka (DP) murah dengan kuantitas pembelian mayarakat pada showroom HONDA XL COM yang beralamat di jalan tuasan pancing, medan.

D. RUMUSAN MASALAH.

            Berdasarkan latar belakang diatas, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :
“ apakah ada pengaruh positif dan signifikan antara uang muka (DP) murah dngan kuantitas pembelian masyarakat?”

E.  TUJUAN PENELITIAN.

            Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :
  1. mengetahui seberapa besar pengaruh kredit uang muka (DP) murah terhadap kuantitas pembelian masyarakat.
  2. Mengetahui seberapa peka mesyarakat terhadap kredit uang muka (DP) murah yang dilakukan oleh showroom HONDA XL COM.

F. KEGUNAAN PENELITIAN.

            Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagi berikut :
  1. memberikan sumbangan pemikiran dalam rangka keberhasilan dalam penjualan sepeda motor pada masa sekarang dan yang akan datang.
  2. hasilpenelitian dapat digunakan sebagai sumbangan dalam rangka meningkatkan penjualan sepeda motor pada showroom HONDA XL COM.


II. LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR, DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

A. DESKRIPSI TEORI.

1. pengertian kredit dan uang muka
            Kredit merupakan suatu fasilitas keuangan yang memungkinkan seseorang atau badan usaha untuk meminjam uang untuk membeli produk dan membayarnya kembali dalam jangka waktu yang ditentukan. UU No. 10 tahun 1998 menyebutkan bahwa kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka watu tertentu dengan pemberian bunga.
            Uang muka (DP) merupakan suatu tanda jadi antara si pembeli dan penjual terhadap suatu produk barang atau jasa dimana sisanya akan di lunasi dalam janka waktu tertentu sesuai dengan kesepakatan kedua belah pihak.

2. kemampuan kuantitas pembelian masyarakat.
            Kemampuan kuantitas pembelian masyarakat sama artinya dengan permintaan. Menurut ekonomi hokum permintaan berbunyi “ apabila harga turun maka permintaan akan naik, dan apabila harga naik maka permintaan akan naik”. Setiap masyarakat memiliki kemampuan beli yang beragam tergantung pada pendapatan masyarakat

B. KERANGKA BERFIKIR.

            Sesuai dengan judul masalah yang diteliti maka kerangka berfikir digambarkan sebagai berikut:






Dimana :
Variabel X : adalah kredit uang muka (DP) murah
Variabel Y : adalah kuantitas pembelian masyarakat


            Berdasarkan gambar di atas, maka akan diketahui apakah ada pengaruh yang signifikan yang ditimbulkan kredit uang muka (DP) murah (variabel X) terhadap kuantitas pembelian masyarakat (variabel Y).


C. HIPOTESIS.

            Hipotesis merupakan suatu jawaban sementara terhadap masalah penelitian hingga terbukti melalui data yang telah dikumpulkan. Berdasarkan pengertian ini maka peneliti merumuskan hipotesis : terdapat hubungan yang signifikan antara kredit uang muka (DP) murah terhadap kuantitas pembelian masyarakat pada showroom HONDA XL COM.



III. PROSEDUR PENELITIAN

A. METODE PENELITIAN

            Untuk menemukan pengaruh kredit uang muka (DP) murah terhadap kuantitas pembelian masyarakat pada showroom HONDA XL COM jalan tuasan pancing, medan esuai dengan rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian maka digunakan jenis penelitian determinative yaitu dengan mencari pengaruh yang ditimbulkanoleh kredit uang muka (DP) murah terhadap kuantitas pembelian masyarakat.

B. POPULASI DAN SAMPEL.

            Populasi merupakan keseluruhan subjek sebagai sumber data yang memiliki cirri atau karakteristik tertentu tertentu dalam suatu penelitian  untuk dipelajari dan emudian ditarik kesimpulanya.
            Karakteristik dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
  1. masyarakat yang membeli kendaraan sepeda motor merk HONDA,
  2. masyrakat yang melakukan pembelian secara kredit.

Berdasarkan cirri-ciri atau karakteristik diatas maka jumlah populasi dalam penelitian penelitian ini adalah sebanyak 180 orang.


C. INSTRUMEN PENELITIAN.

            Instrument penelitian merupakan alat pengukur yang di gunakan oleh peneliti dalam melakukan penelitiannya. Dengan pengertian ini sesuai dengan judulpenelitian “pengaruh kredit uang muka (DP) murah terhadap kuantitas pembelian masyarakat pada showroom HONDA XL COM jalan tuasan pancing, medan” maka instumen yang digunakan adalah :
  1. instrument untuk mengukur kredit uang muka (DP) murah adalah data laporan showroom HONDA XL COM, karena bersifat rahasia.
  2. instrument untuk mengukur kuantitas pembelian masyarakat adalah unit yang dibeli secara kredit oleh perorangan.

D. TEKNIK PENGUMPULAN DATA.

            Teknik yang dilakukan oleh peneliti adalah data yang primer, yaitu data yang langsung memberikan data kepada peneliti. Dengan pengertian ini teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti adalah observasi ( pengamatan langsung) dan angket.



E. TEKNIK ANALISIS DATA.

            Merupakan teknik yang menjawab hipotesis yang telah dibuat sebelumnya. Sesuai dengan rumusan masalah ““ apakah ada pengaruh positif dan signifikan antara uang muka (DP) murah dngan kuantitas pembelian masyarakat?” maka statistic untuk menguji hipotesis adalah t-test satu sample.


IV. JADWALPENELITIAN
           
Dalam melakukan penelitian terdapat jadwal penelitian yang akan dimulai dari awal persiapan hingga rampungnya penelitian.
            Berikut ini adalah jadwal penelitian dalam melakukan penelitian yang berjudul :
PENGARUH KREDIT DP MURAH TERHADAP KUANTITAS PEMBELIAN MASYARAKAT PADA SHOWROOM HONDA XL COM Jalan Tuasan Pancing, Medan

no
kegiatan
1
2
3
4
5
1
Menyusun proposal





2
Menyusun instrumen





3
Seminar proposal





4
Pengujian fasilitas





5
Pengumpulan data





6
Analisis data





7
Pembuatan laporan





8
Penyempurnaan laporan





9
Seminar laporan





10
Pengandalan laporan penelitian









V.   BIAYA YANG PERLU DI KELUARKAN

Biaya yang dikeluarkan pada waktu membuat penelitian ini adalah :
Biaya traspot ……………………………………...….Rp.   50 000
Biaya makan ……………………………………..…...Rp.   50 000
Biaya membuat angket (print)………………………..Rp.    20 000
Biaya fotokopi ………………………………………..Rp.   20 000
Biaya pulsa …………………………………………...Rp.   20 000
Biaya ucapan trimakasih kepada pihak kantor….……. Rp. 200 000
Jumlah biaya …………………………………………..Rp. 360 000
Biaya tak rerduga 10% …………………………………Rp. 36 000
Jadi jumlah semua pengeluaran yang terhitung adalah …Rp. 396 000.

MATA KULIAH SEMINAR


BAB I
PENDAHULUAN

I.1.       Latar Belakang Masalah
                        Pada dasarnya perusahaan yang didirikan, baik itu perusahaan perseorangan maupun perseroan dapat digolongkan menjadi dua yakni : perusahaan yang bersifat profit motif dn bersifat non protif motif. Perusahaan yang bersifat profit motif menitikberatkan pada pencapaian laba yang dapat diukur secara kuantitatif dengan pengukuran input (masukan) dan output (keluaran) nya, membandingkan pendapatan dan biaya – biaya yang telah dikeluarkan dalam satu periode. Sedangkan perusahaan yang bersifat non profit motif, seperti rumah sakit , lembaga – lembaga social dan lain – lain, dengan tujuannya lebih bersifat kualitatif dengan menekankan pada mutu pelayanan.
                        Pada saat ini, perusahaan yang bergerak dalam penyediaan jasa berkembang dengan cepat dan pesat, walaupun lebih mengutamakan kualitas pelayanan, juga akan mengharapkan laba yang memadai agar perusahaan dapat tumbuh dan berkembang serta dapat memberikan pelayanan yang lebih baik lagi.
                        Unsur yang paling dekat dengan laba adalah pendapatan atau penghasilan. Pada umumnya, pendapatan timbul dari kegiatan utama perusahaan dan sumber pendapatan lainnya. Pada perusahaan dagang kegiatan utamanya adalah menjual barang dagangan, sedangkan pada perusahaan jasa seperti rumah sakit, kontraktor dengan kegiatan utamanya adalah menjual jasa.
                        Bagi suatu perusahaan penentuan kebijaksanaan yang berkaitan dengan masalah, apakah pengukuran dan pengakuan pendapatan harus sesuai dengan prinsip akuntansi yang diterima umum. Hal ini penting dan harus dilaksanakan. Pengakuan perlu dilakukan pada saat yang tepat atas suatu kejadian ekonomi yang menghasilkan pendapatan. Jumlah pendapatan yang diakui juga harus diukur secara tepat dan pasti. Permasalahan ini akan selalu muncul bila terjadi sebuah transaksi yang berhubungan dengan pendapatan.
                        Untuk mengatasi permasalahan di atas, maka disusunlah Standar Akuntansi Keuangan oleh Ikatan Akuntan Indonesia. Standar ini berlaku di Indonesia dan merupakan pedoman resmi yang digunakan perusahaan dalam penyajian laporan keuangan. Standar akuntansi keuangan memuat juga tentang pengukuran dan pengakuan pendapatan. Dengan adanya standar ini,  penyajian dalam suatu laporan laba rugi dapat lebih dipercaya.
                        Berdasarkan keterangan dan untuk mengetahui sampai sejauh mana penerapan Standar Akuntansi Keuangan terhadap pengukuran dan pengakuan pendapatan, maka penulis tertarik untuk menulis topic ini ke dalam makalah dengan judul “ Pengukuran dan Pengakuan Pendapatan Menurut PSAK No.23 “.

I.2        Perumusan Masalah
                        Dalam penulisan makalah ini terlebih dahulu diketahui apa yang menjadi masalah yang akan dibahas sehingga pembahasan yang dilakukan lebih terarah dan tidak mengambang.
            “ Masalah atau permasalahan timbul kalau ada kesenjangan (gap) antara das sollen dan das sein , ada perbedaan antara apa yang seharusnya dan apa yang ada dalam kenyataan , antara apa yang diperlukan dan apa yang tersedia , antara harapan dan kenyataan dan yang sejenis dengan ini “.
                        Untuk dapat mengarahkan, memperjelas, dan mempermudah  permasalahan dalam menyusun makalah yang terfokus dan sistematis, maka penulis merumuskan masalah yang akan dibahas dalam penulisan makalah. Masalah utama dalam akuntansi untuk pendapatan yaitu : “ Bagaimana penentuan pengukuran dan pengakuan pendapatan”.

I.3.       Batasan Masalah
                        Untuk menghindari kesimpangsiuran masalah dalam topic yang akan dibahas ini maka perlu diberi batasan – batasan tertentu. Hal ini disebabkan oleh factor antara lain adanya keterbatasan waktu , biaya , dan kemampuan penulis sendiri.

 

1. Suryabrata,Sumadi,Metode Penelitian,Edisi Pertama,Cetakan Kesepuluh : Raja Grafindo Persada,Jakarta,1997,hal 60

I.4        Manfaat dan Tujuan Penulisan
                        Manfaat yang ingin diperoleh dari penulisan makalah ini, antara lain :
1.      Bagi penulis, yakni memberikan tambahan pengetahuan tentang pengukuran dan pengakuan pendapatan pada perusahaan.
2.      Bagi perusahaan, yakni sebagai bahan masukan terhadap kebijaksanaan akuntansi dalam penerapan pengukuran dan pengakuan pendapatan yang perusahaan telah lakukan.
3.      Bagi pihak lain, yakni sebagai bahan acuan bagi penulis selanjutnya yang ingin mengetahui dan menambah wawasan tentang pengukuran dan pengakuan pendapatan.
                        Adapun yang menjadi tujuan penulisan makalah ini yaitu, :
1.      Untuk memenuhi syarat mengikuti mata kuliah seminar akuntansi
2.      Untuk menambah pengetahuan mengenai penentuan pengukuran dan pengakuan pendapatan bagi perusahaan yang bergerak dalam penjualan barang dan jasa.
3.      Untuk memberikan informasi yang relevan mengenai penerapan yang ada di dalam PSAK No.23 terhadap Pendapatan.
4.      Dan juga untuk mengatur perlakuan akuntansi untuk pendapatan yang timbul dari transaksi dan peristiwa ekonomi tertentu.
5.      Untuk memberikan pedoman praktis dalam penerapan criteria tersebut.


BAB II
LANDASAN TEORITIS

II.1      Pengertian Pendapatan Dan Ruang Lingkup Pendapatan
                        Pemahaman tentang pendapatan akan lebih baik lagi bila dilihat dari terminologinya juga harus dapat juga dipahami. Salah satu caranya adalah dengan mengetahui etimologinya. Istilah pendapatan berasal dari bahasa Perancis yaitu : reveir yang artinya to come back, to return. Kemudian istilah ini berubah menjadi revenue dalam bahasa Inggris. Ikatan Akuntan Indonesia ( IAI ) menerjemahkan kata “income” sebagai “Penghasilan”, dan revenue sebagai “Pendapatan”. Menurut IAI, Penghasilan meliputi pendapatan maupun keuntungan ( gain ).
                        Pendapatan adalah sesuatu yang sangat penting dalam perusahaan. Tanpa ada pendapatan mustahil akan didapat penghasilan atau earnings. Pendapatan adalah penghasilan yang timbul dari aktivitas perusahaan yang biasa disebut atau dikenal dengan penjualan , penghasilan jasa (fees) , bunga , deviden , royalti , dan sewa. Pendapatan dapat mencakup bidang yang luas mulai dari sifat akuntansi, komponen – komponen pendapatan , pengukuran pendapatan dan waktu pengakuan pendapatan tidaklah dapat diartikan dengan pemahaman yang sempit.
            Dalam sumber – sumber atau literatur – literatur akuntansi terdapat beberapa pengertian atau defenisi pendapatan , antara lain :
a.       Menurut Niswonger
“ Pendapatan adalah jumlah yang ditagih kepada pelanggan atas barang ataupun jasa yang diberikan kepada mereka “.
Pada buku yang sama , Niswonger juga menjelaskan pendapatan sebagai berikut:
“ Pendapatan atau revenue merupakan kenaikan kotor atau gross dalam modal pemilik yang dihasilkan dari penjualan barang dagangan , pelaksanaan jasa kepada pelanggan atau klien , penyewa harta ,peminjam uang , dan semua kegiatan usaha serta profesi yang bertujuan untuk memperoleh penghasilan.
b.      Menurut Jay Smith Skousen
“ Pendapatan adalah arus masuk atau peningkatan aktiva lainnya sebuah entitas atau dari pengurangan hutangnya (atau sebuah kombinasi dari keduanya) yang berasal dari penyerahan barang, atau melakukan aktivitas lainnya yang merupakan operasi utama atau sentral entity yang terus berlangsung.
c.       Menurut PSAK No.23 adalah sebagai berikut :
“ Pendapatan adalah arus masuk bruto dan manfaat ekonomi yang
timbul dari aktivitas normal perusahaan selama suatu periode bila arus tersebut mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi penanaman modal “.
d.      Menurut Financial Accounting Standard Board yang dikutip oleh Harahap sebagai berikut :
“ Pendapatan adalah arus masuk atau peningkatan nilai aset dari suatu entity atau penyelesaian kewajiban dari entity atau gabungan dari kedauanya selama periode tertentu yang berasal dari penyerahaan/produksi barang , pemberian jasa atasa pelaksana kegiatan lainnya yang merupakan kegiatan utama perusahaan yang sedang berjalan “.
e.       Menurut Donald Kieso adalah sebagai berikut :
“ Pendapatan adalah arus masuk atau peningkatan lainnya atas aktiva sebuah entitas (atau pelunasan kewajiban atau kombinasi dari keduanya) selama satu periode dari pengiriman atau produksi barang , penyedian jasa , atau aktivitas – aktivitas lain yang merupakan operasi utama atau operasi sentral perusahaan “.
 

2.Ikatan Akuntansi Indonesia,Standar Akuntansi Keuangan: Salemba Empat,Jakarta,2010
f.        Menurut John J.Wild adalah sebagai berikut :
“ Pendapatan adalah arus massuk atau penghasilan nilai aktiva suatu perusahaan atau pengurangan kewajiban yang berasal dari aktivitas utama atau inti perusahaan yang masih berlangsung “.
                        Secara garis besar konsep pendapatan dapat ditinjau dari dua segi , yaitu :
1.      Pendapatan Menurut Ahli Ekonomi
                        Menurut ahli Ekonomi pendapatan merupakan nilai maksimum yang dapat dikonsumsi suatu periode dengan yang mengharapkan keadaan yang sama pada akhir  periode seperti keadaan semula. Pengertian tersebut menitikberatkan pada total kualitatif pengeluaran terhadap konsumsi selama satu periode. Defenisi pendapatan ahli ekonomi menutup kemungkinan perubahan lebih dari total harta kekayaan badan usaha pada awal periode. Dengan kata lain, pendapatan adalah jumlah harta kekayaan awal periode ditambah perubahan penilaian yang bukan diakibatkan perubahan modal dan hutang.
     
      3.Kieso,Donald E,Akuntansi Intermediate,Jilid Satu,Edisi Kesepuluh,
      4.Wild,John J dan dkk,Analisa Laporan Keuangan,Buku Satu,Edisi Delapan,Penerbit Salemba Empat : Jakarta,2005.hal 439


2.      Pendapatan Menurut Ilmu Akuntansi
                        Para akuntan memberikan defenisi tentang pendapatan sangat jauh berbeda dengan para ahli ekonomi. Demikian juga sesame para akuntan , yang mendefenisikan pendapatan berbeda satu sama lainnya, akan tetapi pada umumnya defenisi ini menekankan kepada masalah yang berkenaan dengan pendapatan yang dinyatakan dalam satuan uang. Pendapatan sulit didefenisikan karena pendapatan sering dikaitkan dengan prosedur akuntansi tertentu, jenis perubahan nilai tertentu dan kaidah yang implicit mengenai kapan pendapatan harus dilaporkan. Banyak konsep pendapatan didefenisikan dari literatur  akuntansi dan teori akuntansi. Namun pada dasarnya konsep pendapatan menurut ahli ilmu akuntansi dapat ditelusuri adri 2 (dua) sudut padang , yaitu :
a.       Pandangan yang menekankan pada pertambahan jumlah aktiva yang timbul sebagai akibat dari kegiatan operasional perusahaan. Hal ini disebut konsep Pendapatan Arus Masuk ( Inflow Concept ).
b.      Pandangan yang menekankan kepada penciptaan barang dan jasa oleh perusahaan selama periode tertentu dan kemudian barang dan jasa itu ditransfer kepada konsumen atau produsen lain melalui penjualan atau penyerahan. Hal ini disebut konsep Pendapatan Arus Keluar ( Outflow Concept).

II.2      Ruang Lingkup Pendapatan
                        Pernyataan ini harus diterapkan dalam akuntansi untuk pendapatan yang timbul dari transaksi da peristiwa ekonomi berikut ini :
a.       Penjualan Barang
            Penjualan barang yang dimaksud meliputi barang – barang yang diproduksi perusahaan untuk dijual dan barang yang dibeli untuk dijual kembali , seperti barang dagang yang dibeli pengecer atau tanah dan property lain yang dibeli untuk dijual kembali.
b.      Penjualan Jasa
            Penjualan jasa pada dasarnya menyangkut pelaksanaan tugas yang secara kontraktual telah disepakati untuk dilaksanakan selama suatu periode waktu yang telah disepakati oleh perusahaan. Jasa tersebut dapat diserahkan selama satu atau lebih dari satu periode. Beberapa kontrak penjualan jasa yang timbul dari kontrak kontruksi , misalnya kontrak penjualan jasa mengenai manajer proyek dan arsitek , tidak dibahas dalam pernyataan ini.
c.       Penggunaan Aset perusahaan oleh pihak lain menghasilkan bunga , royalty ,dan deviden.
            Penggunaan asset perusahaan oleh pihak lain menimbulkan pendapatan dalam bentuk :
1.      Bunga yang merupakan pembebanan untuk penggunaan kas , setara kas , atau jumlah terutang kepada perusahaan.
2.      Royalti yang merupakan pembebanan untuk penggunaan asset jangka panjang perusahaan , misalnya hak paten , merek dagang , dan peranti perangkat lunak computer ; dan
3.      Deviden yang merupakan distribusi laba kepada pemegang investasi ekuitas sesuai dengan proporsi mereka dari jenis modal tertentu.

II.3      Jenis – Jenis Pendapatan
                        Dalam membahas pendapatan maka kita tidak dapat terlepas dari masalah sumber dan jenis pendapatan. Sumber dan jenis pendapatan ini merupakan suatu unsure yang perlu mendapat perhatian penting sebelum membicarakan pendapatan lebih lanjut, sebabgaimana pendapatan itu sendiri diperoleh dari berbagai sumber.Kesalahan dalam menentukan sumber dan jenis pendapatan yang kurang tepat dapat mempengaruhi besarnya pendapatan yang akan dipeoleh dan berhubungan erat dengan masalah pengukuran pendapatan tersebut. Pada umumnya jenis pendapatan yang diperoleh perusahaan dapat dikelompokan atas

 :
1.      Pendapatan Operasional
Pendapatan yang timbul dari penjualan barang dagangan, produk atau jasa dalam periode akuntansi tertentu dalam rangka kegiatan utama atau menjadi tujuan utama perusahaan yang bersangkutan.
2.      Pendapatan Non Operasional
Pendapatan yang diperoleh perusahaan dalam periode tertentu, akan tetapi bukan diperoleh dari kegiatan operasional utam perusahaan. Adapun jenis dari pendapatan ini dapat dibedakan sebagai berikut :
a.       Pendapatan yang diperoleh dari penggunaan aktiva atau sumber ekonomi perusahaan oleh pihak lain. Contohnya : pendapatan bunga, royalty, sewa, dan lain – lain.
b.      Pendapatan yang diperoleh dari penjualan aktiva di luar barang dagangan atau hasil produksi. Contohnya : penjualan suratsurat berharga, penjualan aktiva tetap.

II.3      Karakteristik Pendapatan
                        Ada beberapa karakteristik tertentu dari pendapatan yang menentukan atau membatasi bahwa sejumlah rupiah yang masuk ke perusahaan merupakan pendapatan yang berasal dari operasi perusahaan. Karakteristik ini dapat dilihat berdasarkan sumber pendapatan , produk , dan kegiatan utama perusahaan dan jumlah rupiah pendapatan serta proses penandingan.
a.       Sumber Pendapatan
            Jumlah rupiah yang dimiliki perusahaan bertambah melalui bertambah berbagai cara tetapi tidak semua cara tersebut mencerminkan pendapatan. Tambahan jumlah rupiah aktiva perusahaan dapat berasal dari transaksi modal seperti :aktiva tetap , surat berharga , ataupun penjualan anak atau cabang perusahaan , hadiah , sumbangan atau penemuan , revaluasi aktiva tetap , dan penjualan produk perusahaan.Dari semua transasksi di atas , hanya transaksi atas penjualan produk saja yang dapat dianggap sebagai sumber utama pendapatan walaupun laba atau rugi yang mungkin dapat timbul dalam hubungannya dengan penjualan aktiva selain produk utama perusahaan.
b.      Produk dan Kegiatan Utama Pendapatan
            Produk perusahaan dapat berupa barang ataupun dalam bentuk jasa. Dan perusahaan yang tertentu mungkin dapat menghasilkan berbagai macam produk atau baik berupa barang atau jasa. Pendapatan yang bersumber dari suatu produk yang siap dijual, yang memerlukan suatu proses dengan siklus kegiatan yang panjang. Siklus ini dimulai dari perencanaan dan penyusunan anggaran untuk memproduksi suatu jenis barang tertentu. Kemudian produk yang akan dihasilkan dinyatakan dalam rencana – rencana , spesifikasi teknis dan target – target tertentu yang diharapkan dapat tercapai. Setelah barang itu diproduksi, maka proses selanjutnya adalah melakukan penjualan yang disertai dengan kegiatan promosi, penjualan yang dilakukan dengan cara tunai ( caash ) atau dengan cara kredit atau dengan cara mencicil yang pada waktu tertentu dilakukan penagihannya. Hasilnya produk yang dijual sering juga disertai dengan suatu jaminan untuk perbaikan atau penggantian jika terjadi kerusakan produk atau kesalahan/kekeliruan dalam mengirimkan produknya.
c.       Jumlah Rupiah Pendapatan Dan Proses Penandingan
            Pendapatan merupakan jumlah rupiah dari harga jual per satuan kali kuantitas terjual. Perusahaan umumnya akan mengharapkan terjadinya laba yaitu jumlah rupiah atau pendapatan yang diterima lebih besar darin jumlah biaya yang dibebankan. Atau rugi yang terjadi baru akan diketahui setelah pendapatan dan beban dibandingkan. Setelah biaya yang dibebankan secara layak dibandingkan dengan pendapatan maka tampaklah jumlahb rupiah laba atau pendapatan neto.

II.3      Pengukuran dan Pengakuan Pendapatan Menurut PSAK No.23
                        Kemampuan akuntansi untuk memberikan suatu informasi yang baik dapat dilihat kemampuannya untuk memberikan konsep pengakuan pendapatan dengan tepat, sehingga membantu pemakai dalam mengambil keputusan. Saat menentukan pendapatan diakui dapat ditinjau dari besarnya manfaat ekonomi masa depan akan mengalir ke peusahaan dapat diukur dan diprediksikan dengan normal.

II.3.1   Pengukuran Pendapatan
                        Pendapatan harus diukur dengan nilai wajar imbalan yang diterima atau yang dapat diterima. Jumlah pendapatan yang timbul dari suatu transaksi biasanya ditentukan oleh persetujuan antara perusahaan dan pembeli atau pengguna asset tersebut. Jumlah tersebut diukur dengan niali wajar imbalan yang diterima atau yang dapat diterima perusahaan yang dikurangi jumlah diskon dagang dan rabat volume yang diperbolehkan oleh perusahaan.
                        Menurut IAI, pada umumnya , imbalan tersebut berbentuk kas atau setara kas dan jumlah pendapatan adalah jumlah kas atau setara kas yang  diterima atau yang dapat diterima. Namun , bila arus masuk dari kas atau setara kas ditangguhkan , nilai wajar dari imbalan tersebut mungkin kurang dari jumlah nominal dari kas yang diterima atau yang dapat diterima.  Misalnya, suatu perusahaan dapat memberikan kredit bebas bunga kepada pembeli atau menerima wesel tagih dari pembeli dengan tingkat bunga di bawah pasar sebagai imbalan dari penjualan barang. Bila perjanjian tersebut secara efektif merupakan suatu transaski financial , nilai wajar imbalan ditentukan dengan pendiskontoan seluruh penerimaan di masa depan dengan menggunakan tingkat bunga tersirat (imputed). Tingkat bunga tersirat tersebut adalah yang paling muadah ditentunkan dari :
a.       Tingkat bunga yang berlaku bagi instrument yang serupa dari suatu penerbit (issuer) dengan penilaian kredit ( credit rating ) yang sama ; atau
b.      Suatu tingkat bunga untuk mengurangi ( diskon ) nilai nominal instrument tersebut ke harga jual tunai pada saat ini dari barang atau jasa.
                        Perbedaan antara nilai wajar dan jumlah nominal dari imbalan tersebut diakui sebagai pendapatan bunga.
Nilai wajar adalah sutu jumlah , untuk itu suatu asset mungkin ditukar atau suatu kewajiban diselesaikan antara pihak yang memahami dan berkeinginan untuk melakukan transaksi wajar ( arm’s length transaction ).

II.3.2   Pengakuan Pendapatan
                        Pendapatan yang timbul dari kegiatan normal perusahaan memiliki identifikasi tertentu. Menurut PSAK No.23 kriteria pengakuan pendapatan biasanya diterapkan secara terpisah kepada setiap transaksi , namun dalam keadaan tertentu adalah perlu untuk menerapkan criteria pengakuan tersebut kepada komponen – komponen yang dapat diidentifikasi secara terpisah dari suatu transaksi tunggal supaya mencerminkan substansi dari transaksi tersebut. Sebaliknya criteria pengakuan diterapkan pada dua atau lebih transaksi bersama – sama bila transaksi tersebut terikat sedemikian rupa sehingga pengaruh komersialnya tidak dapat dimengerti tanpa melihat rangkaian transaksi tertentu secara keseluruhan.
a.       Pendapatan dari penjualan barang harus segera diakui bila suluruh kondisi atau criteria berikut ini dipenuhi :       
1.      Perusahaan telah memindahkan resiko secara signifikan dan telah memindahkan mas tnfaat kepemilikan barang kepada pemilik.
2.      Perusahaan tidak lagi mengelola atau melakukan pengendalian efektif atas barang yang dijual.
3.      Jumlah pendapatan tersebut dapat diukur dengan handal.
4.      Besar kemungkinan manfaat ekonomi yang dihubungkan dengan transaksi akan mengalir kepada perusahaan tersebut.
5.      Biaya yang terjadi atau yang akan terjadi sehubungan transasksi penjualan dapat diukur dengan andal.
                        Bila salah satu criteria di atas tidak dipenuhi , maka pengakuan pendapatna harus ditangguhkan. Pendapatan tidak diakui apabila perusahaan tersebut menahan resiko dari kepemilikan , antara lain :
1.      Bila perusahaan menahan kewajiban sehubungan dengan pelaksanaan suatu hal yang tidak memuaskan yang tidak dijamin sebagaimana lazimnya.
2.      Bila penerimaan pendapatan dari suatu penjualan tertentu tergantung pada pendapatan pembeli yang bersumber dari penjualan barang yang bersangkutan.
3.      Bila pengiriman barang tergantung pada instalasinya , dan instalasi tersebut merupakan bagian signifikan dari kontrak yang belum diselesaiakn oleh peusahaan.
4.      Bila pembeli berhak untuk membatalkan pembelian berdasarkan alasan yang ditentukan dalam kontrak dan perusahaan tidak dapat memastikan apakah akan terjadi return.
b.      Penjualan jasa dapat diestimasi dengan andal , pendapatan sehubungan dengan transaksi tersebut harus diakui dengan acuan pada tingkat penyelesaian dari transaksi pada tanggal neraca. Hasil suatu transaksi dapat diestimasi dengan andal bila seluruh kondisi berikut ini dipenuhi ;
1.      Jumlah pendapatan dapat diukur dengan andal.
2.      Besar kemungkinan manfaat ekonomi sehubungan dengan transaksi tersebut akan diperoleh perusahaan.
3.      Tingkat penyelesaian dari suatu transaksi pada tanggal neraca dapat diukur dengan andal , dan
4.      Biaya yang terjadi untuk transaksi dan untuk menyelesaikan transaksi tersebut dapat diukur dengan andal.
                        Tingkat penyelesaian suatu transaksi dapat ditentukan dengan berbagai metode. Suatu perusahaan menggunakan metode yang dapat mengukur dengan handal jasa yang diberikan, tergantung pada sifat transaksi. Menurut IAI, metode tersebut meliputi :
1.      Survei pekerjaan yang dilaksanakan
2.      Jasa yang dilakukan hingga tanggal tertentu
3.      Fase dari total jasa yang dilakukan
4.      Proporsi biaya yang tetjadi hingga tanggal tertentu dibagi estimasi total biaya transaksi tersebut. Hanya biaya yang mencerminkan jasa yang akan
c.       Pendapatan yang timbul dari penggunaan asset perusahaan oleh pihak – pihak lain yang menghasilkan bunga , royalty , dan deviden harus diakui atas dasar yang dijelaskan dalam PSAK No.23 pada paragraph 29 , bila :
1.      Besar kemungkinan manfaat ekonomi sehubungan dengan transaksi tersebut akan diperoleh perusahaan ; dan
2.      Jumlah pendapatan dapat diukur dengan andal.
Pendapatan harus diakui dengan dasar sebagai berikut :
1.      Bunga harus diakui atas dasar proporsi waktu yang memperhitungkan hasil efektif asset tersebut ;
2.      Royalti harus diakui atas dasar akrual sesuai dengan substansi perjanjian yang relevan ; dan
3.      Dalam metode biaya ( cost method ) , deviden tunai harus diakui bila hak pemegang saham untuk menerima pembayaran ditetapkan.
                        General Accepted Accounting Principles (GAAP) menyimpulkan bahwa pendapatan baru dapat diakui dalam laporan keuangan bila memenuhi criteria sebagai berikut :
1.      Nilai ekonomis harus sudah ditambahkan kepada produknya.
2.      Jumlah/ nilai pendapatan harus dapat diakui.
3.      Pengukuran harus dapat diuji dan relative bebas dari bias.
4.      Beban (expense) yang terkait harus dapat ditaksir dengan cukup akurat.
                        Dalam Statement of Financial Accounting Concept No.5 disebutkan bahwa pengakuan pendapatan pada umumnya terjadi ketika :
a.       Pendapatan Telah Direalisasikan
Pendapatan yang direalisasikan bila aktiva yang didapat atau diterima dari suatu pertukaran dapat dipertukarkan secara cepat dengan sejumlah uang kas atau klaim terhadap kas.
b.      Pendapatan Telah Dihasilkan
Pendapatan telah dihasilkan karena sebagian besar untuk menghasilkan laba telah diselesaikan.
                        Menurut John J.Wild dalam bukunya “Analisa Laporan Keuangan” menyatakan beberapa criteria pengakuan pendapatan terkait dengan pengeculian tertentu, antara lain :
1.      Aktivitas penghasilan untuk memperoleh pendapatan telah selesai, dan tidak dibutuhkan usaha yang signifikan untuk menyelersaikan transaksi.
2.      Resiko kepemilikan dalam penjualan telah dipindahkan ke pembeli.
3.      Pendapatan dan beban terkait dapat diukur atau diestimasi dengan akurasi yang wajar.
4.      Pengakuan pendapatan biasanya menghasilkan kenaikan kas, piutang , atau efek. Pada kondisi tertentu menghasilkan peningkatan persediaan atau aktiva lain atau penurunan kewajiban.
5.      Transaksi pendapatan adalah wajar dengan pihak independen (bukan pihak yang dikendalikan)
6.      Transaksi pendapatan tidak melibatkan pembatalan (misalnya hak untuk mengembalikan).
                        Sementara menurut Hendrikson , walaupun prinsip atau aturan pendapatan dan laba yang secara umum telah diakui melalui tahapan siklus operasi (yaitu selama penerimaan pesanan , produksi , penjualan , dan penagihan) , namun siklus operasi ini menimbulkan kesulitan dalam mengalokasikannya ke pendapatan dan laba. Sehingga pada akhirnya , para akuntan menggunakan “prinsip realisasi’ untuk memilih suatu peristiwa yang kritis dalam siklus penentuan waktu pendapatan dan pengakuan laba.
                        Dan pengakuan pendapatan menurut Sprounse dan Monits yang diterjemahkan oleh Tuanakotta adalah “ Pendapatan harus diidentifikasikan dengan periode dimana kegiatan ekonomi yang utama untuk menciptakan dan menyerahkan barang dan jasa telah dicapai , dengan catatan bahwa pengukuran yang objektf dapat dilakukan. Dari pernyataan tersebut diakui bahwa pendapatan akan diakui selama periode penyelesaian kegiatan utama untuk menciptakan serta menjual barang dan jasa.



II.4      Pengungkapan
            Perusahaan harus mengukapkan :
a.       Kebijakan akuntansi yang dianut untuk pengakuan pendapatan termasuk metode yang dianut untuk menentukan tingkat penyelesaian transaksi penjualan jasa.
b.      Jumlah setiap kategori signifikan dari pendapatan yang diakui selama periode tersebut termasuk pendapatan dari :
i)                    Penjualan jasa
ii).        Penjualan barang
iii).        Bunga
iv).       Royalti
v).        Deviden
      c.   Jumlah pendapatan yang berasal dari pertukaran barang atau jasa dimasukkan
            dalam setiap kategori yang signifikan dari pendapatan ; dan
c.     Pendapatan yang ditunda pengakuannya.
                       

                                                BAB III
PEMBAHASAN

III.1     Pengertian Pengukuran dan Pengakuan
A.     Pengertian Pengukuran
                        Pengukuran adalah suatu kegiatan akuntansi yang akan dilakukan setiap perusahaan, dimana di dalam mengukur pendapatan harus ada jumlah atau kuantitas ( unit ) yang dapat  dihitung dengan mengalikan per unit dengan satuan moneter seperti rupiah. Oleh karena itu, perusahaan perlu mengukur berapa jumlah yang seharusnya diakui dari setiap transaksi dalam suatu periode akuntansi. Jumlah pendapatan yang diakui juga harus secara tepat dan pasti.
B.     Pengertian Pengakuan
                        Pengakuan merupakan saat dimana sebuah transaksi harus diakui sebagai pendapatan.  Pengakuan perlu dilakukan pada saat yang tepat atas suatu kejadian ekonomi yang menghasilkan pendapatan.
C.     Pendapatan
                        Pendapatan adalah satuan moneter yang diterima oleh perusahaan dari sipembeli, dimana perusahaan melakukan penyerahan barang atau jasa kepada pembeli, dan pembeli memberi imbalan kepada perusahaan atas suatu barang yang diterimanya.

III.2     Alternatif  Pengakuan Pendapatan
                        Berdasarkan periode pengakuan pendapatan, terdapat empat alternative pengakuan pendapatan , yaitu :
a.       Selama Produksi
            Metode ini biasanya digunakan untuk penetapan harga berdasarkan kontrak atau persyratan usaha yang umum ataupun harga pasar yang ada pada berbagai tingkat produksi. Terdapat tiga metode untuk mengakui pendapatan selama produksi. , yaitu :
1.      Accrual
                        Merupakan pengakuan pendapatan yang biasanya berlaku pada perusahaan jasa. Contohnya adalah sewa , komisi , dan bunga. Pendapatan pada metode ini diakui jika terdapat kenaikan klaim perusahaan terhadap pelanggan. Besarnya klaim perusahaan terhadap pelanggan merupakan klaim perusahaan biasanya telah ditetapkan pada saat kontrak atau perjanjian lainnya.

2.      Kontrak Jangka Panjang
                  Perusahaan yang melakukan aktivitas menjual jasa dengan kontrak  pekerjaan sampai dengan saat selesainya perkerjaan. Contohnya adalah perusahaan kontraktor yang mengerjakan proyek – proyek pembangunan gedung dan jalan.
                  Metode yang digunakan untuk mengakui pendapatan ini adalah metode persentase penyelesaian ( Percentage of Completion Method ). Pada metode ini dilakukan penaksiran atas laba berdasarkan perbandingan atas biaya – biaya proyek secara keseluruhan.
3.      Accretion
            Pendapatan yang dimaksud adalah pendapatan yang diakui berdasarkan kenaikan nilai karena pertumbuhan alamiah atau karena pertambahan umur , yang menurut pandangan ekonomi merupakan proses produksi. Contohnya adalah pada perusahaan kehutanan , yaitu pertumbuhan kayu , dan penyimpanan minuman keras , juga anggur dalam waktu lama (proses pertambahan umur) yang menyebabkan kenaikan nilai.
b.      Setelah Proses Produksi Selesai
                        Pelaporan pendapatan setelah selesainya produksi tergantung pada kepastian mengenai harga jual dan besarnya biaya tambahan. Apabila telah ada kontrak penjualan dan penyerahaan hasil produksi yang pasti , maka harga jual dapat diketahui dan begitu juga dengan biaya – biaya penjualan. Tentu saja masih ada ketidakpastian tentang dapat ditagihnya piutang. Tetapi hal ini harus dapat ditaksir dengan baik.
Kriteria utama untuk pengakuan pendapatan ini adalah :
1.      Adanya harga pasar yang relative stabil dan aktif
2.      Tidak ada biaya pemasaran yang besar
3.      Adanya kemungkinan pertukaran unit – unit fisik tanpa pengaruh apa – apa terhadap harga jual. Misalnya dalam hal emas , suatu balok  emas dapat dipertukarkan dengan balok emas lainnya untuk berat yang sama.
c.       Pada Saat Penjualan
            Yang telah  menjadi kententuan umum selama bertahun – tahun untuk melaporkan pendapatan adalah pada saat penjualan. Ketentuan ini didukung dengan alasan berikut ini :
1.      Harga jual telah dapat ditentukan dengan pasti
2.      Produk yang dijual telah meninggalkan perusahaan dan digantikan dengan asset yang lain , sehingga pertukaran telah terjadi.
3.      Untuk kebanyakan perusahaan , penjualan merupakan peristiwa keuangan yang paling penting dalam kegiatan ekonominya.
4.      Kebanyakan biaya produksi atau pengadaan produksi tersebut telah dikeluarkan atau dapat ditentukan dengan mudah.
                        Akan tetapi secara yuridis atau hukum , penjualan terjadi jika adanya perpindahan hak dan suatu klaim pembayaran timbul. Sedangkan para akuntan biasanya mengakui adanya penjualan pada saat penyerahaan barang kepada pelanggan. Kriteria yang lebih lanjut atau tepat bagi pengakuan penjualan atau pendapatan adalah :
1.      Adanya bukti yang kuat bahwa pembeli mempunyai maksud membeli dan penjual bermaksud menjual.
2.      Penentuan mengenai harga tertentu yang akan dijual dan yang sudah dalam keadaan siap untuk dijual.
3.      Identifikasi barang tertentu yang siap dijual.
                        Pada umumnya, pemindahmanfaatan kepemelikan, waktunya bersamaan dengan pemindahan hak milik atau pemindahan pengusahaan barang kepada pembeli. Sedangkan pada perusahaan jasa , pemindahan tidak terjadi pada saat yang bersamaan. Oleh sebab itu, pengakuan pendapatan tejadi pada saat pembuatan faktur. Jika perusahaan tersebut memerlukan waktu yang lama dalam penyerahan jasanya , maka pendapatan diakui secara periodic atau sampai pekerjaan diselesaikan seluruhnya.
d.      Sesudah Penjualan
                        Penerimaan tunai atau antisipasi mengenai penerimaan tunai sangat lah penting bagi pengakuan pendapatan. Tetapi tidak untuk meningkatkan nilai asset. Jadi tidak ada lagi alasan untuk pengakuan penjualan sampai saat diterima. Apabila salah satu dari dua criteria berikut dipenuhi, penundaan pengakuan pendapatan sampai saat penerimaan tunai dapat dibenarkan. Kriteria tersebut , antara lain :
1.      Apabila tidak mungkin ada biaya – biaya yang diterima secara cukup tepat.
2.      Apabila masih ada biaya – biaya ini tidak dapat ditaksir jumlahnya secara tepat.
Contohnya : Penangguhan pelaporan yang dibenarkan untuk pendapatan adalah penjualan cicilan ( angsuran ). Tagihan dianggap meragukan karena para pelanggan yang mengadakan kontrak angsuran ini sering terlalu banyak hutangnya, sehingga resikonya besar. Akan tetapi, argument ini sangat lemah. Karena walaupun piutang tidak tertagih besar, namun perkiraan ini biasanya dapat ditaksir berdasarkan pengalaman masa lampau perusahaan.


III.2     Metode Pengakuan Pendapatan
                        Ada beberapa variasi atau macam metode pengakuan  pendapatan berdasarkan saat terjadi transaksi penjualan , yaitu :
A.     Sebelum Penyerahaan Barang dan Jasa
Dalam peristiwa ini, biasanya terjadi apabila periode konstruksi atau pembuatan barang yang akan dijual atau periode pelaksanaan jasa relative lama yaitu lebih dari satu tahun.
Metode pengakuan pendapatan yang dapat dipergunakan, antara lain :
1.      Metode kontrak selesai ( completed-contract  ).
            Metode ini hanya akan digunakan apabila suatu perusahaan mempunyai komtrak jangka pendek , dan apabila kondisi – kondisi untuk menggunakan  akuntansi persentase penyelesaian tidak dipenuhi, atau apabila adanya ketidakpastian  yang melekat dalam kontrak di luar resiko bisnis yang normal.
2.      Metode persentase penyelesaian ( percentage of completion )
            Dalam metode ini, perusahaan akan mengakui pendapatan dan biaya sesuai dengan kemajuan perusahaan dalam menyelesaikan kontrak jangka dan tidak menangguhkan pengakuan unsure – unsure ini sampai dengan kontrak diselesaikan.
                        Ada beberapa unsur – unsur yang harus ada jika akuntansi persentase penyelesaian akan digunakan :
a.       Taksiran yang handal dapat dibuat mengenai sejauh mana kemajuan (progress) pendapatan kontrak dan biaya kontrak mendekati penyelesaian.
b.      Kontrak tersebut harus menentukan dan menetapkan dengan jelas dan rinci tentang pelaksanaan hak mengenai barang – barang dan jasa – jasa yang akan disediakan da diterima oleh pihak – pihak yang bersangkutan, konsideran yang akan dipertukarkan, dan cara serta syarat – syarat penyelesaian.
c.       Pembeli dapat diharapkan untuk memenuhi kewajibannya dalam perjanjian kontraknya dengan perusahaaan.
d.      Kontraktor dapat diharapkan untuk melaksanakan kewajiban sesuai dengan perjanjian kontrak.
B.     Sesudah Penyerahaan Barang atau Penyerahaan Jasa
            Dalam peristiwa ini, pendapatan dapat diakui dengan beberapa metode, yaitu :
1.      Metode Full Accrual 
            Berdasarkan metode ini , pendapatan dari penjualan akan diakui penuh tanpa memperhatikan apakah pembayaran sudah diakui seluruhnya atau masih sebagian, asalkan sudah member uang muka.
2.      Metode Penjualan Cicilan
            Dalam melakukan transaksi penjualan cicilan, maka pendapatan lebih baik diakui ketika kas diterima dari pada saat penjualan. Penerapan yang paling umum untuk metode ini,  yaitu :
a.       Untuk barang dagangan
Untuk barang dagangan ini, maka laba akan diakui sebesar persentase laba (laba dibagi penjualan).
b.      Untuk real estate
Sama halnya cara – caranya dengan barang dagangan, maka rumus untuk mencari laba yang direalisasi juga dapat pada perusahaan real estate , hanya terdapat beberapa perbedaan dalam jumlahnya. Hal ini disebabkan oleh karakteristik perusahaan real estate berbeda dengan perusahaan dagang.
3.      Metode Perolehan Kembali Harga Pokok (Cost Recovery Method)
            Dengan metode ini, tidak ada laba yang diakui untuk suatu penjualan sampai harga pokok barang yang dijual diperoleh kembali melalui penerimaan kas. Setelah itu, semua penerimaan berikutnya dilaporkan sebagai pendapatan.
                        Dan metode ini hanya digunakan apabila keadaan – keadaan yang melingkupi suatu penjualan yang bersifat tidak pasti sehingga pengakuannya lebih awal tidak mungkin dilakukan.
4.      Metode Reduced Profit ( Laba Menurun )
            Dalam menggunakan metode ini, ada beberapa criteria yang harus dipenuhi oleh perusahaan, yaitu :
a.       Apabila pembayaran awal yang disyaratkan telah terpenuhi
b.      Pembayaran tiap tahun harus mencakup amortisasi bunga dan hutang pokok dari pinjaman maksimal penjual yang dapat diperoleh untuk property tersebut.
      Namun criteria di atas tidak diterapkan di Indonesia karena tidak ada yang mengatur besarnya pinjaman maksimal yang dapat diberikan perusahaan untuk pembiayaan property. Metode ini juga mengakui laba pada saat terjadinya penjualan sebesar laba kotor yang telah dikuranhkan dengan selisih antara nominal piutang dengan nilai sekarang anuitas.
5.      Metode Kas
                        Semua biaya yang dibebankan sebagai beban ( expense ) ketika dikeluarkan dan pendapatan diakui ketika penerimaan kas dilakukan. Dalam metode ini juga menyatakan bahwa pengakuan pendapatan dan biaya yang ekstrim ini hanya akan tepat bila tingkat kepastian dari kerugian potensial atas suatu kontrak tidak dapat ditaksir. Tetapi metode ini jarang digunakan dalam transaksi penjualan barang dagangan dan real estate karena hak untuk mengambil kembali akan memberikan nilai yang sangat besar bagi penjual.
C.     Metode Akuntansi Sebelum Pengakuan Pendapatan
                        Perjanjian – perjanjian penjualan tertentu adakalanya melibatkan suatu pertukaran baik barang – barang atau aktiva moneter seperti kas atau wesel tagih sebelum batas dimana proses pendapatan diselesaikan secukupnya untuk mengakui pendapatan. Sehingga dalam keadaan seperti ini, prosedur akuntansi yang khusus harus diterapkan. Adapun metode –metode pengakuan pendapatan yang digunakan dalam metode ini, antara lain :
1.      Metode Deposit
                        Dalam metode ini, menerapkan bahwa tidak ada pendapatan yang diakui sampai kontrak penjualan diselesaikan. Adakalanya uang pembayaran pertama kurang memadai pembayaranya. Apabila uang muka terlalu kecil, maka kepastian terhadap transaksi diragukan. Kas yang berasal dari setoran pembelian dilaporkan sebagai deposito ( uang muka atau tanda jadi ) atas kontrak dan dalam neraca digolongkan sebagai hutang. Aktiva tetap yang akan dijual tetap ditunjukan sebagai harta penjual dan hutang yang berhubungan dengan aktiva itu tetap dilaporkan sebagai hutang penjual. Jika pembeli membatalkan niatnya dan uang muka atau deposito itu menjadi milik penjual (sebagai denda) , maka deposito itu harus dikredit sebagai laba.
2.      Metode  Konsinyasi (Consigment Method)
                        Metode ini hanya digunakan apabila consignor (penjual) menitipkan barang dagangan kepada pihak lain, yaitu consignee yang kemudian bertindak sebagai agen bagi consignor untuk menjual barang – barang tersebut. Maka perlakuan akuntansinya , hak milik dari barang dagangan tersebut tetap dikuasai oleh consignor sampai suatu penjualan dilaksanakan. Consignor harus membuat catatan akuntansi khusus, seperti perkiraan – pekiraan ‘persediaan dalam konsinyasi’ yang terdiri dari barang yang dititipkan ke consignee dan biaya – biaya yang dikeluarkan yang berhubungan dengan barang konsinyasi tersebut. Consignee biasanya membuat catatan pro-memori atas penerimaan persediaan untuk kepentingan pengendalian. Maka biaya yang berhubungan dengan barang konsinyasi yang telah dikeluarkan oleh consignee , dicatat pada perkiraan piutang. Consignee juga berhak atas komisi jika penjualan dilaksanakan dengan sukses. Apabila suatu penjualan dilaksanakan, consignor akan mengakui penjualan itu sebagai pendapatan sesuai dengan salah satu dari metode – metode pengakuan pendapatan, dan consignee akan mengakui komisi sebagai pendapatan dari transaksi tersebut.


III.2.1  Pengakuan Pendapatan Jika Terdapat Hak untuk Mengembalikan
                        Jika pembeli memiliki hak untuk mengembalikan , pendapatan diakui pada saat penjualan hanya jika kondisi berikut ini dapat dipenuhi :
a.       Harga telah ditetapkan atau ditentukan pada tanggal penjualan
b.      Pembeli membayar penjual atau wajib membayar penjual (tidak tergantung pada apakah barang dapat dijual kembali)
c.       Kewajiban pembeli terhadap penjual tidak berubah meskipun terjadi pencurian atau kerusakan produk.
d.      Pembeli memiliki substansi ekonomi yang terpisah dari penjual.
e.       Penjual tidak memiliki kewajiban yang signifikan atas suatu kinerja masa dengan yang terkait dengan penjualan.
f.        Pengembalian dapat diestimasi secara layak.

III.2.2  Ketidakpastian Penagihan Pendapatan
                        Setiap perusahaan akan melakukan penyisihan cadangan piutang tak tertagih untuk setiap transaksi penjualan kredit yang dilakukan. Yang berguna untuk mencerminkan ketidakpastian penagihan piutang dari penjualan kredit. Suatu penilaian yang dibuat dan dilakukan oleh perusahaan berdasarkan kondisi , saat tidak lagi memiliki keyakinan yang layak mengenai kemungkinan tertagihnya piutang. Penilaian ini bisa menggunakan asumsi konservatif , atau liberal atau optimis. Jika tidak terdapat keyakinan yang wajar mengenai ketertagihan piutang, praktik memberikan prosedur umum untuk menangguhkan pengakuan pendapatan hingga kas tertagih.
            Pengakuan pendapatan akrual yang  tidak layak dapat menyebabkan dua hal yang tidak diinginkan, yaitu :
1.      Jika perusahaan mengakui pendapatan sebelumnya atas terlambat , maka pendapatan akan diakui pada periode yang salah.
2.      Jika perusahaan mengakui pendapatan sebelum adanya kepastian realisasi yang layak, maka pendapatan dapat diakui pada suatu periode dan kemudian dibatalkan atau dibalik pada periode lain, maka laba periode pertama dinyatakan terlalu tinggi dan periode berikutnya terlalu rendah.
Dari dua akibat yang diuraikan di atas dapat mempengaruhi pengukuran laba secara terbalik. Untuk mengatasinya, akuntansi menerapkan aturan tegas dan konservatif untuk pengakuan pendapatan. Sehingga pendapatan diakui jika telah direalisasi (atau dapat direalisasi) dan telah dihasilkan (earned).


III.3     Masalah Pengukuran dan Pengakuan Pendapatan
III.3.1  Masalah Pengukuran Pendapatan
            Pengukuran akuntansi haruslah diarahkan ke penyajian informasi yang relevan untuk penggunaan yang ditetapkan. Pembatasan data yang tersedia dan ciri – ciri tertentu dari lingkungan yang membatasi keakuratan dan keterandalan pengukuran. Oleh sebab itu, keterbatasan ini harus dikemukakan secara eksplisit dan dipertimbangkan dalam pengembangan prinsip serta prosedur akuntansi, karena kendala – kendala ini tidak dapat dibuang oleh lingkungan atau kurangnya alat pengukur.
            Nilai tukar produk atau jasa sebagai hasil penjualan perusahaan merupakan ukuran terbaik dan paling objektif bagi pendapatan. Penentuan satuan ukur untuk pendapatan secara umum dinyatakan dengan jumlah uang atau unit moneter. Penentuan ini menimbulkan masalah , oleh sebab itu adanya penurunan atau kenaikan daya beli umum sepanjang waktu.
            Keterbatasan pengukuran pendapatan dapat timbul karena data akuntansi disajikan berdasarkan asumsi bahwa data itu relevan. Meramalkan pada masa yang akan datang pada umumnya tidak pasti, maka sulit menetapkan pengukuran yang relevan untuk tujuan ini.
            Namun, ketidak mampuan untuk membuat pengukuran pendapatan yang terandal dan atribut khusus yang dianggap relevan dan juga disebabkan oleh kurangnya teknik pengukuran yang terandal dan ketidakmampuan untuk menemukan prosedur pengukuran pendapatan yang menjelaskan secara layak atribut yang sedang diukur.

III.3.2  Masalah Pengakuan Pendapatan
            Pada penjelasan sebelumnya konsep pendapatan hingga saat ini sulit dirumuskan oleh para ahli ekonomi maupun ahli akuntansi. Hal ini disebabkan pendapatan menyangkut prosedur tertentu, perubahan nilai tertentu dan waktu pendapatan harus dilaporkan.         
            Di dalam defenisi pendapatan sebagai produk perusahaan dalam mengukur dan melaporkan pendapatan masih menghadapi masalah. Suatu alternative pengakuan pendapatan pada waktu penyelesaian kegiatan utama ekonomi adalah konsep pelaporan pendapatan berdasarkan kejadian kritis atau yang paling menentukan, dengan kata lain sebagian pendapatan diakui kemudian jika fungsi atau kegiatan ekonomi tambahan akan terjadi kemudian.
            Sebaliknya bahwa nilai tambahan oleh perusahaan seharusnya dialokasikan beberapa titik waktu, bahkan jika pertambahan nilai oleh perusahaan dilaporkan pada satu titik waktu saja maka jumlah pendapatan yang ditunjukan oleh titik waktu saja. Walaupun pendapatan yang ditunjukan oleh pertambahan nilai karena faktor- faktor lainnya sesuia pengakuan utama. Inilah konsep nilai bersih yang dapat direalisasikan yaitu harga penjualan tunai akhir dikurangi biaya tambahan untuk memproduksi dan penjual.
            Salah satu kesulitan utama konsep realisasi adalah bahwa realisasi mempunyai arti berbeda-beda bagi setiap orang. Di dalam pengertian yang lebih luas, istilah ini digunakan hanya untuk mengartikan pengakuan pendapatan. Tetapi banyak para ahli menggunakan istilah realisasi tersebut dalam arti memandangnya sebagai aturan khusus yang cocok bagi pelaporan transaksi , sedangkan yang lain akan memasukkan semua kenaikan nilai tanpa mempermasalahkan jenis dan sumbernya.